1) Ruang Lingkup
Metode digunakan
untuk penentuan kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam air dan air limbah dengan
refluks tertutup secara titrimetri pada kadar 40 mg/L - 400 mg/L.
Catatan: a) 40 mg/L =
Limit of Quantitation (LoQ)
b) 400 mg/L =
Limit of Linearity (LoL)
c) 16 mg/L =
estimasi Metthod Detection Limit (MDLest)
d) metode digunakan
untuk contoh uji yang memilki kadar khlorida < 2000mg/L
2) Prinsip
Senyawa organik dan anorganik, terutama
organik, dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72-dalam
refluks tertutup selama 2 jam menghasilkan Cr3+. Kelebihan kalium
dikromat yang tidak tereduksi, dititrasi dengan larutan Ferro Ammonium Sulfat
(FAS) menggunakan indikator ferroin. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan
dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L).
3) Bahan kimia yang dibutuhkan
a)
air bebas organik;
b) perak
sulfat (Ag2SO4);
c) asam
sulfat (H2SO4) pekat;
d) kalium
dikromat (K2Cr2O7);
e) merkuri
sulfat (HgSO4);
f) 1,10-phenanthrolin
monohidrat;
g) besi
sulfat (FeSO4.7H2O);
h) ferro
ammonium sulfat/ FAS (Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O);
i)
asam sulfamat (NH2SO3H); dan
j)
Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK,
KHP).
4) Peralatan yang
dibutuhkan
a)
digestion vessel atau kultur tabung
borosilikat;
b)
timbangan analitik ketelitian 0,1 mg;
c)
mikroburet;
d)
labu
ukur (100 dan 1000)mL;
e)
pipet
volumetrik (5; 10 dan 25)mL;
f)
pipet ukur (5; 10; dan 25)mL;
g)
Erlenmeyer;
h)
gelas piala;
i)
magnetic stirrer; dan
j)
pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating
block).
5) Pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji,
maka contoh uji diawetkan dengan menambahkan H2SO4 pekat
sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam pendingin pada temperatur 4°C ±
2°C dengan waktu simpan maksimum yang direkomendasikan 7 hari.
6) Tahapan prosedur
7)
Pengendalian
mutu
a) gunakan bahan
kimia pro analisis (pa);
b) gunakan alat gelas bebas kontaminasi;
c) gunakan alat ukur yang terkalibrasi;
d) dikerjakan oleh analis yang kompeten;
e) lakukan
analisis blanko dengan frekuensi 5% - 10% per batch (satu seri
pengukuran) atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji < 10 sebagai kontrol
kontaminasi
f) lakukan
analisis duplo dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau minimal 1 kali
untuk jumlah contoh uji < 10 sebagai kontrol ketelitian analisis. Jika %RPD ≥ 10% maka dilakukan pengukuran
selanjutnya hingga diperoleh nilai %RPD < 10%
g) lakukan
kontrol akurasi dengan laritan baku KHP dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau
minimal 1 kali untuk 1 batch. Kisaran persen temu balik untuk spike
matrix adalah 85% - 115%.
Mas Anwar,
ReplyDeleteBagaimana kalau kita pakai metode titrimetri ternyata hasil analisa COD dibawah 40 mg/l atau diatas 400 mg/L?
Yang mana yang harus diperbaiki agar masuk range 40 - 400 mg/L COD nya ?
Terima kasih banyak jika dapat membantu saya dengan jawaban Mas.
Mas bagus,
ReplyDeletePada pengujian COD dengan titrimetri, jika ternyata hasil analisas COD dibawah 40 mg/L maka laporkan kurang dari Limit of Quantification (LoQ) atau < 40 mg/L. Namun jika laboratorium telah menentukan Method Detection Limit (MDL) secara eksperimen, maka laporakan < MDL. Secara teoritis MDL estimasi = (4/10)LoQ = 0,4 x (40) = 16 mg/L.
Bila ternyata sampel melebihi 400 mg/L maka lakukan pengenceran hingga kadar sampel pada kisaran metode titrimetri tersebut, yaitu 40 mg/L - 400 mg/L.
Semoga dapat membantu mas Bagus. Aamiiin....
Maaf mas numpang tanya, vessel digestionnya fungsinya untuk apa ya? Boleh minta pdf sni nya mas?
ReplyDeleteVessel digestion digunakan untuk proses destuksi sampel sehingga diharapkan semua polutan dapat terdegradasi menjadi CO2 dan H2O. Untuk dapatkan SNI tersebut silahkan email ke cak_war@yahoo.com.
DeletePak anwar hadi...maaf saya belum ngeh dengan larutan baku KHP, bedanya dengan larutan balnko apa? Apa harus di buat semua?
ReplyDeletePak anwar...saya bingung dengan larutan baku KHp...apa bedanya dengan larutan blanko?? Apa perlu di buat semuanya?
ReplyDeletebedanya larutan baku merupakan larutan KHP tapi jika larutan blanko merupakan aquades bebas analit
ReplyDelete