SNI 6989.78: 2011 atau ASTM D 3223 untuk pengujian mercury
(raksa, Hg) dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri
serapan atom (SSA) - uap dingin atau mercury
analyzer memberikan batasan rentang kisaran kadar 1 μg Hg/L - 20 μg Hg/L. Langkah awal penentuan batas deteksi metode (Metthod Detection Limit, MDL), adalah
pembuatan kurva kalibrasi awal (preliminary calibration curve) dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1) minimal 7 deret kadar larutan kerja tanpa blanko digunakan untuk
pembuatan kurva kalibrasi awal. Deret
kadar larutan kerja harus disesuaikan dengan rentang kerja metode.
2) sebelum deret kadar larutan kerja
diukur, maka SSA atau mercury analyzer
yang
digunakan harus dilakukan uji kinerja (performance
check). Optimalkan dan operasikan instrumen sesuai dengan petunjuk
penggunaan alat serta ukur respon instrumen terhadap larutan kerja;
3) buat kurva
kalibrasi yang merupakan hubungan antara kadar larutan kerja dengan respon
instrumen serta tentukan persamaan garis regresinya. Jika koefisien korelasi regreasi linier (r) <
0,995 atau koefisien determinasi (R2) < 0,990, maka periksa
kondisi alat serta ulangi pengukuran deret kadar larutan kerja hingga diperoleh
nilai r ≥ 0,995 atau R2 ≥ 0,990. Selain itu, hal yang harus
dipertimbangkan adalah intercept (a) dalam regresi linear harus ≤ MDL estimasi
dan %RLCS = 100% ± 10%;
4) jika persamaan regresi linear
dalam kurva kalibrasi yang terbentuk telah memenuhi batas keberterimaan maka
tentukan method slope (b) yang
diperoleh dari kemiringan kurva kalibrasi;
Penentuan MDL didasarkan pada estimasi MDL yang diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
a) dengan mempertimbangkan perbandingan antara MDL : LoQ = 4 : 10 dan batas kadar rendah rentang metode pengujian (LoQ) mercury adalah 1 μg/L, maka:
b) kadar estimasi MDL tersebut dikalikan dengan faktor 1 – 5 sehingga diperoleh rentang kadar mercury 0,4 μg Hg/L - 2 μg Hg/L. Rentang kadar yang diperoleh digunakan sebagai dasar pembuatan larutan kerja mercury dan dapat ditambahkan ke dalam sampel air atau air limbah sebagai Laboratory Fortified Matrix (LFM). Penambahan (spike) larutan kerja ke sampel harus mempertimbangkan bahwa sampel tersebut memiliki kadar mercury yang sangat kecil yaitu kurang dari MDL estimasi (0,4 μg/L), karena itu terhadap sampel tersebut harus dianalisis terlebih dulu dan dipastikan tidak mengandung mercury. Jika spike ditambahkan ke akuades, maka disebut Laboratory Fortified Blank (LFB).
c) dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka kadar 1 μg Hg/L digunakan sebagai target dan dianalisis sesuai tahapan metode SNI 6989.78: 2011 atau ASTM D 3223 dengan hasil sebagaimana Tabel 2. Kadar 1 μg Hg/L merupakan kadar awal yang dipilih karena disesuaikan dengan batas terendah rentang kerja metode (LoQ).
Sehubungan dengan S/N = 9,05 maka kadar target 1 μg Hg/L dapat
diterima. Jika hasil S/N lebih kecil dari 2,5 maka kadar target harus dinaikkan hingga 2 μg Hg/L. Sebaliknya, jika hasil
S/N lebih besar dari 10 maka kadar target diturunkan hingga 0,4 μg Hg/L. Pemilihan
kadar spike dilakukan untuk mendapat
S/N = 2,5 – 10.
e) kesimpulan: MDLexperiment = 0,3 µg/L dan
LoQexperiment = 1 µg/L
MDLexperiment dan LoQexperiment
sangat penting digunakan untuk pertimbangan penentuan deret larutan kerja rendah
dalam kurva kalibrasi. Data hasil uji sampel tidak diperkenankan dilaporkan
dibawah kadar deret larutan kerja terendah dalam kurva kalibrasi. Gambar 2 dan
Gambar 3, memberikan ilustrasi penggunaan MDLexperiment dan LoQexperiment
dalam kurva kalibrasi dan pelaporan hasil pengujian pada kadar rendah.
0 komentar:
Post a Comment