Kompetensi Analis
Laboratorium Lingkungan
Adalah suatu kenyataan bahwa manajemen personil mempunyai kontribusi
yang cukup besar terhadap validitas data hasil pengujian di laboratorium
lingkungan. Bagaimana suatu laboratorium lingkungan melatih personilnya, serta
bagaimana personil tersebut diperlakukan oleh pihak manajemen akan sangat mempengaruhi mutu kerja
yang berakibat pada data hasil pengujian parameter kualitas lingkungan. Karena
itu, hubungan timbal balik dan kerja sama antara semua personil dalam suatu
organisasi laboratorium lingkungan harus dipelihara dan ditingkatkan.
Manajemen
laboratorium lingkungan harus memastikan kompetensi semua personil yang
mengoperasikan peralatan tertentu, melakukan pengujian dan/atau kalibrasi, mengevaluasi
hasil serta menandatangani laporan pengujian parameter kualitas lingkungan.
Personil yang melakukan tugas tersebut harus mempunyai kualifikasi berdasarkan
pendidikan yang sesuai, pelatihan yang memadai, pengalaman yang cukup dan mampu
menunjukkan keterampilan atau keahliannya.
Untuk
mengetahui kompentensi analis sebelum menerima tugas baru melakukan pengujian
parameter kualitas lingkungan, maka perlu diselenggarakan uji kompetensi (analyst proficiency test). Uji kompetensi
analis adalah penilaian kompetensi
analis dalam melaksanakan pengujian terhadap parameter tertentu dengan metode
yang telah ditetapkan. Bagi analis baru, hal ini disebut initial demonstration of capability for analyst. Langkah awal, penyelia
laboratorium membuat perencanaan yang meliputi tanggal pelaksanaan, nama analis
yang akan mengikuti, parameter yang akan diuji, metode pengujian dan persiapan
sampel dengan menggunakan certified
reference materials (CRMs) atau
in-house reference materials (IRMs). Pada saat pelaksanaannya, analis yang
bersangkutan melakukan pengujian sesuai dengan pengarahan yang diberikan oleh
penyelia laboratorium.
Data hasil pengujian dievaluasi
oleh penyelia laboratorium dengan menggunakan nilai acuan pada CRM atau IRM yang
digunakan dengan mempertimbangkan nilai estimasi ketidakpastiannya. Evaluasi
ini untuk mengetahui uji akurasi sedangkan uji presisi menggunakan relative percent difference (%RPD) dimana perbedaan maksimal yang dapat diterima
sangat tergantung dari kadar parameter yang diuji. Apabila data hasil uji
berada dalam kisaran nilai benar yang ditentukan, maka analis yang bersangkutan
dinyatakan kompeten untuk pengujian parameter terkait dengan tingkat akurasi
yang memuaskan. Namun sebaliknya, apabila data hasil pengujian berada diluar
ketentuan tersebut, maka analis yang bersangkutan perlu mendapat pelatihan yang
relevan.
Berikut ini, contoh evaluasi
penyelenggaraan analyst proficiency test untuk pengujian kebutuhan oksigen secara kimiawi (chemical oxygen demand, COD) menggunakan bahan acuan bersertifikat
yang memiliki ketertelusuran ke sistem satuan internasional, pada kadar 122
mg/L ± 4 mg/L. Jika seorang analis melakukan pengujian sesuai tahapan metode
yang digunakan secara rutin di laboratorium, dengan hasil pengulangan 5 kali
sebagai berikut:
Untuk mengetahui kompetensi
analis tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi statistik sebagai berikut:
1) Akurasi
Akurasi yang diungkapkan sebagai
perbandingan antara rerata hasil pengujian dengan nilai benar dalam CRM,
sehingga diperoleh:
Sehubungan
dengan %R yang diperoleh yaitu 99,02% memenuhi batas keberterimaan, yaitu 85% -
110%, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian tersebut memiliki akurasi
yang cukup baik.
2) Presisi
Presisi merupakan perbandingan antara
simpangan baku dengan rerata hasil pengujian, yaitu:
%RSD dapat dinyatakan memiliki
presisi yang baik jika %RSD yang diperoleh kurang dari atau sama dengan
0,67%CVHorwitz.
Sehubungan dengan %RSD ≤ 0,67%CVHorwitz,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian tersebut memiliki presisi yang
cukup baik.
3) Evaluasi uji tstudent
Evaluasi uji tstudent digunakan
untuk mengetahui apakah hasil pengujian dengan nilai CRM memiliki perbedaan
yang nyata atau tidak. Nilai thitung diperoleh dengan menngunakan
persamaan dibawah ini, yaitu:
Nilai ttabel diperoleh
dari tabel-t untuk t(α; df) atau t(α; n-1). Data tabel t dapat diperoleh dengan menggunakan excel dengan
mengetik pada salah satu cell =TINV(0,05, 4) = 2,776. Sehubungan dengan nilai thitung
dari persamaan lebih kecil dari nilai statistika yang diperoleh dari tabel
distribusi normal (thitung ≤ ttabel), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada bias antara nilai benar CRM dengan rerata hasil
pengulangan pengujian sampel. Dengan kata lain hasil rerata pengulangan
pengujian sampel dengan nilai benar CRM memiliki perbedaan yang sangat kecil
atau tidak beda nyata (x ≈ μ).
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa analis tersebut dalam melakukan pengujian parameter kualitas
lingkungan khususnya COD memiliki kompetensi yang cukup baik. Analis tersebut
dapat mewakili laboratorium lingkungan dalam berpartisipasi program uji
profisiensi atau uji banding antar laboratorium untuk evaluasi kompetensi
kinerja laboratorium.
Jika program analyst proficiency test dilakukan oleh beberapa analis untuk
pengujian COD pada kadar 122 mg/L ± 4 mg/L, maka evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan statistika Zscore, sebagai berikut:
Evaluasi unjuk kerja peserta program analyst proficiency test, memiliki kategori:
1) |Zscore| ≤ 2 : memuaskan
2) 2 < |Zscore| <3 : peringatan
3) |Zscore| ≥ 3 : tidak memuaskan
Berdasarkan hasil
evaluasi analyst proficiency test sebagaimana Tabel 2 tersebut diatas, evaluasi
Zscore diperoleh bahwa analis-1 memiliki kategori peringatan,
analis-2 kategori memuaskan, dan analis-3 kategori tidak memuaskan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka pelatihan diperlukan bagi analis-2 dan
analis-3 yang belum memiliki kompetensi yang diharapkan dan harus mendapatkan pelatihan yang meliputi 3 hal utama,
yaitu:
a) keterampilan tentang apa yang dilakukan, bagaimana,
kapan, dan urutan tahapan yang benar termasuk tahapan mikro maupun tahapan
makro pengujian parameter kualitas lingkungan;
b) pengetahuan tentang apa yang harus diketahui atau informasi penting yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas sehari-hari serta informasi untuk memberikan
pengertian yang lebih baik dalam penyelesaian permasalahan yang timbul terkait
pemahaman pengujian parameter kualitas lingkungan; dan
c) perilaku yang meliputi perubahan kebiasaan atau kelakuan yang berasal dari
pengertian dan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kerjasama
dalam melakukan pengujian parameter kualitas lingkungan.
Pelatihan
kepada analis yang bersangkutan dapat berupa in-house training maupun external
training. In-house training merupakan
pelatihan yang dilakukan di lingkungan laboratorium didasarkan atas kebutuhan
dan antisipasi terhadap lingkup pekerjaan yang dirasakan perlu bagi personil
untuk meningkatkan kompetensinya. Pelaksanaan in-house training dilakukan oleh manajer teknis atau penyelia laboratorium
terhadap analis yang dirasa membutuhkan pelatihan sehingga dapat meningkatkan
kompetensinya. Apabila dipandang perlu pihak laboratorium dapat mengundang
tenaga ahli untuk memberikan tambahan pengetahuan atau keterampilan bagi
personil laboratorium.
Personil yang menyelenggarakan in-house training akan memberikan
informasi kepada personil peserta tentang jadual, jumlah peserta dan materi
pelatihan. Seluruh peserta pelatihan in-house
training diharuskan mengikuti pelatihan sesuai jadual dan peraturan yang
ditetapkan. Personil penyelenggara melaporkan hasil pelaksanaan in-house training dan memberikan
penilaian terhadap peserta sebagai bahan pertimbangan atau acuan untuk jenjang
karir personil tersebut kepada manajer puncak laboratorium. Sedangkan, external
training merupakan pelatihan yang dilakukan di luar laboratorium atas
undangan atau partisipasi dalam suatu program pelatihan yang dilakukan oleh
pihak luar untuk meningkatkan kompetensi personil laboratorium.
Jika evaluasi program analyst
proficiency test telah
dilakukan, maka dapat dibuat data base
kompetensi seluruh analis di laboratorium lingkungan. Dengan kompetensi analis
yang mumpuni, maka diharapkan penerapan pengendalian mutu internal (internal quality control, IQC) dapat
dilakukan dengan baik benar, sehingga validitas data hasil pengujian parameter
kualitas lingkungan dapat dicapai.
0 komentar:
Post a Comment