Klasifikasi evaluasi komponen ketidakpastian pengujian dibagi menjadi dua,
yaitu:
1) tipe A
merupakan evaluasi nilai ketidakpastian pengujian berdasarkan metode statistika;
2) tipe B adalah
evaluasi nilai ketidakpastian yang
diperoleh dengan cara selain analisis statistika, yaitu
dievaluasi berdasarkan pada penetapan secara ilmiah dengan menggunakan
informasi-informasi yang tersedia, antara lain:
a)
data pengujian sebelumnya;
b)
pengalaman;
c)
sifat-sifat
material atau instrumen secara umum;
d)
spesifikasi pabrik;
e)
data dari
laporan atau sertifikat kalibrasi; dan
f) data yang diambil dari buku atau
literatur.
Laboratorium harus mencoba mengidentifikasi
semua komponen ketidakpastian baik tipe A maupun tipe B dan membuat suatu
estimasi yang wajar serta harus memastikan bentuk pelaporan hasil pengujian
tidak memberikan kesan yang salah pada ketidakpastian. Estimasi yang wajar
harus didasarkan pada pengetahuan atas unjuk kerja metode dan ruang lingkup
pengujian serta harus menggunakan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya serta
data validasi metode. Oleh sebab itu, laboratorium lingkungan harus mempunyai
dan menerapkan prosedur untuk memperkirakan ketidakpastian pengujian.
Adapun derajat ketelitian yang dibutuhkan
dalam suatu estimasi ketidakpastian pengujian tergantung pada faktor-faktor,
seperti:
a)
persyaratan
metode pengujian;
b)
persyaratan pelanggan; dan
c) adanya batas-batas
yang sempit yang menjadi dasar keputusan atas kesesuaian dengan suatu
spesifikasi atau peraturan.
Evaluasi Ketidakpastian Baku Tipe A
a)
bila pengulangan pengujian dilakukan, maka
ketidakpastian baku dapat dihitung sebagai simpangan baku rata-rata eksperimental
(ESDM), adalah sebagai berikut:
Evaluasi Ketidakpastian Baku Tipe B
Untuk
memperoleh ketidakpastian baku dari laporan
sertifikat kalibrasi, maka
ketidakpastian bentangan dibagi dengan faktor cakupan yang diberikan dalam
sertifikat tersebut. Tanpa adanya nilai faktor cakupan, maka faktor cakupan
sama dengan 2 dapat digunakan jika ketidakpastian bentangan mempunyai tingkat
kepercayaan 95%.
Apabila ketidakpastian diberikan dalam batas tertentu ±
a, maka distribusi dapat diestimasi dari informasi yang tersedia yang
kemungkinan dapat berbentuk distribusi sebagai berikut:
1)
distribusi
rectangular
Hal ini digunakan bila batas dapat ditentukan namun nilai besaran
ukur tampak berada di semua tempat dalam rentang tersebut sebagaimana Gambar 1.
2)
distribusi
tringular
Hal ini digunakan bila terdapat bukti bahwa nilai yang paling
mungkin adalah nilai yang dekat dengan rerata, lebih dekat dengan batas
rentang, kemungkinannya berkurang menuju nol. Ketidakpastian baku ditunjukkan Gambar 2.
3) distribusi bentuk-U
Hal ini dapat diterapkan apabila sebaran selalu dekat dengan batas
ketidakpastian. Nilaiketidakpastian diperoleh sebagaimana Gambar 3.
4) distribusi Gaussian atau Normal
Distribusi
ini dapat digunakan bila diasumsikan untuk ketidakpastian yang menyatakan
tingkat kepercayaan tertentu, 95% atau 99%. Ketidakpastian baku diperoleh
dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan yang tepat
berdasarkan table-t distribusi, yaitu:
Untuk evaluasi ketidakpastian baku tipe B,
distribusi rectangular adalah model
dasar yang cukup beralasan bila tidak terdapat informasi lainnya. Namun jika
diketahui bahwa nilai besaran yang diukur dekat dengan pusat rentang
ketidakpastian, maka distribusi triangular
merupakan model yang lebih baik.
pak anwar,,mo nanya yaa,,klo utk estimasi ketidakpastian konduktivitas sendri itu gmn ya?dsni qt gunakan single point kalibrasi..?
ReplyDeleteharus dihitung dari hasil kalibrasi, uji kinerja dan repetabilitas
ReplyDelete