Monday, 17 March 2014

Presisi Hasil Pengujian Parameter Kualitas Lingkungan

Ditulis Oleh : cak war | Anwar Hadi


Presisi merupakan tingkat kedapatulangan suatu rangkaian hasil pengujian diantara hasil-hasil itu sendiri. Presisi dipengaruhi oleh kesalahan acak diantaranya:
a)    ketidakstabilan instrumen;
b)   variasi kondisi akomodasi dan lingkungan pengujian;
c)    variasi bahan kimia; dan
d)   variasi kompetensi personil laboratorium.

Penentuan presisi meliputi repeatability, reproducibility within laboratory dan reproducibility between laboratories dengan rangkuman sebagaimana Tabel 1.
Repitabilitas merupakan pengulangan pengujian yang bertujuan untuk mengukur keragaman nilai hasil pengujian terhadap sampel yang sama dari seorang analis dengan menggunakan metode pengujian dan peralatan tertentu dalam interval waktu yang sesingkat mungkin. Repitabilitas merupakan perbedaan ukuran presisi yang terkecil. Semakin kecil nilai repitabilitas maka semakin presisi hasil pengulangan pengujian yang dilakukan oleh seorang analis. Dengan demikian, repitabilitas juga dapat digunakan untuk melihat konsistensi analis, kestabilan peralatan serta tingkat kesulitan metode pengujian yang digunakan.

Analis yang melakukan uji repitabilitas memastikan bahwa seluruh sumber daya yang digunakan termasuk kondisi akomodasi dan lingkungan dapat memfasilitasi kebenaran unjuk kerja pengujian. Selain itu, semua peralatan berada dalam keadaan telah dikalibrasi atau dicek untuk memastikan laik pakainya sebelum digunakan. Setelah seluruh sumber daya yang digunakan dalam keadaan siap pakai, maka analis melakukan pengujian sesuai tahapan prosedur dalam metode pengujian.

Jika pengulangan pengujian dilakukan secara duplo maka presisi ditentukan berdasarkan nilai perbedaan prosentase relatif (relative percent different, %RPD), yaitu:
Contoh perhitungan pengulangan pengujian secara duplo untuk mengetahui repitabilitas adalah sebagai berikut, bila pengujian logam Fe secara spektrofotometer serapan atom dalam air limbah dilakukan secara duplo, menghasilkan data sebagai berikut:
Bila pengulangan pengujian dilakukan lebih dari dua kali maka presisi ditentukan berdasarkan nilai simpangan baku relatif yang dinyatakan dalam prosentase (relative standard deviation, %RSDr), sebagaimana persamaan dibawah ini:
Persamaan Horwitz merupakan batasan awal (starting point) ketika batasan repitabilitas melalui bagan kendali (control chart) belum ditentukan oleh laboratorium yang melakukan pengujian. Berdasarkan persamaan Horwitz tersebut maka dapat diketahui bahwa semakin rendah kadar suatu analit yang diuji maka batas keberterimaan semakin besar. Dengan kata lain, semakin rendah kadar analit yang diuji maka semakin memiliki tingkat kesulitan pengujian yang lebih tinggi sehingga presisi yang baik sulit dicapai. Gambar 1 menunjukan trumpet Horwitz sebagai batas keberterimaan presisi.













 



 

4 komentar:

  1. Terimakasih untuk semua ilmunya pak :D
    semoga kelak bisa di iplementasikan semua ilmunya,
    Lia, Lab. BLH Bengkulu

    ReplyDelete
  2. Amien, semoga ilmu ini bermanfaat dan sebagai bagian amalan ibadah bagi penulis maupun pembaca

    ReplyDelete
  3. Apakah nilai repeatability pada sertifikat alat bisa digunakan sebagai batas keberterimaan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. untuk repetabilitas gunakan batasan metode atau control chart

      Delete

 
Copyright © . infolabling Anwar Hadi - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger