Pembuatan Kurva Kalibrasi Awal (initial
calibration curve)
Dalam pembuatan kurva kalibrasi awal (initial calibration) digunakan seri
larutan kerja yang berbeda konsentrasinya dan blanko sebagai kontrol. Semakin
banyak deret konsentrasi larutan kerja yang digunakan untuk membuat kurva
kalibrasi,
maka secara statistika semakin baik persamaan regresi yang terbentuk. Namun
demikian, semakin banyak deret konsentrasi larutan kerja, maka semakin menambah pekerjaan analis
laboratorium.
Jumlah
deret larutan kerja yang digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi awal harus
disesuaikan dengan persyaratan metode pengujian atau yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat peralatan intrumen. Jika metode pengujian atau pabrik pembuat peralatan
instrumen tidak mensyaratkan,
maka jumlah deret larutan kerja harus mempertimbangkan efisiensi kerja analis laboratorium namun tetap memenuhi batas
keberterimaan secara statistika. Berkenaan dengan hal tersebut, jumlah deret larutan kerja yang digunakan adalah minimal
3 (tiga) konsentrasi yang berbeda secara proporsional dan satu blanko.
Pemilihan konsentrasi larutan kerja tertinggi yang digunakan berkisar 2 - 5 kali dari perkiraan konsentrasi analit dalam sampel
yang diuji. Namun demikian, konsentrasi larutan kerja yang tertinggi harus
tetap pada rentang daerah kerja metode pengujian. Sedangkan pemilihan
konsentrasi larutan kerja terendah adalah sama dengan kadar MDL atau LoQ yang
diperoleh secara eksperimental laboratorium. Hal ini dimaksudkan agar
konsentrasi analit sampel yang uji diperkirakan berada pada tengah kurva
kalibrasi yang dibuat sehingga meminimalkan kesalahan (error) yang terjadi.
Sebelum blanko dan deret
konsentrasi larutan kerja diukur, maka instrumen yang digunakan harus dikalibrasi dan/atau telah dilakukan uji
kinerja (performance check). Setelah
itu, optimalkan dan operasikan instrumen sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat. Ukur respon instrumen terhadap blanko dan larutan kerja dengan
mempertimbangkan segala aspek teknis yang disyaratkan dalam metode pengujian. Buat
kurva kalibrasi yang merupakan hubungan antara blanko dan konsentrasi larutan
kerja dengan respon instrumen serta tentukan persamaan garis regresinya (y = a + bx). Jika
koefisien korelasi regreasi linier (r) < 0,995 atau koefisien determinasi (R2) < 0,990, maka periksa kondisi
alat serta ulangi pengukuran blanko dan deret konsentrasi larutan kerja hingga
diperoleh nilai koefisien r ≥ 0,995 atau R2 ≥ 0,990.
Intersep (a) dari persamaan regresi linear mengindikasikan adanya kesalahan sistematik
dari intrumen yang digunakan atau adanya kontaminan yang berasal dari bahan
kimia atau akuades. Karena itu, intersep dari persamaan regresi linear yang =diperoleh seharusnya ≤ MDL eksperimental atau MDL estimasi.
Bila persyaratan r ≥
0,995 dan a ≤ MDL telah terpenuhi, maka hitung akurasi laboratory control standard (LCS) dengan cara mengukur larutan
kerja independen untuk konsentrasi tengah kurva kalibrasi. Respon instrumen (misalnya,
absorbansi) yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear
sehingga didapat kadar larutan kerja berdasarkan pengukuran serta hitung
akurasinya (%R) dengan persamaan sebagai berikut:
%RLCS yang
diperoleh harus memenuhi batas keberterimaan, yaitu maksimal berada pada
rentang 100% ± 10%.
Jika persamaan regresi
linear dalam kurva kalibrasi yang terbentuk telah memenuhi batas keberterimaan
secara statistika, maka ukur sampel uji
yang ada. Respon instrumen baik berupa absorbansi, intensitas atau tinggi
puncak yang diperoleh ditransformasikan secara matematika dengan menggunakan
persamaan regresi linear kurva kalibrasi yang tersedia. Jika konsentrasi analit
dalam sampel melebihi batas atas kurva kalibrasi, maka sampel harus diencerkan hingga konsentrasi analit dalam sampel berada
pada daerah tengah kurva kalibrasi sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.
Pak mau tanya, jika kita menggunakan SNI untuk uji besi kisaran kadar Fe 0.3 sd 10 mg/l bolehkan kita membuat kurva kalibrasi dari rentang 0.3 sd 5 mg/l
ReplyDeletePak mau tanya, jika kita menggunakan SNI untuk Fe rentang kerjanya 0,3 sd 10 mg/l. Bolehkah kita membuat kurva standar dari 0,3 sd 6 mg/l
ReplyDeletePada dasarnya, kurva kalibrasi dibuat dengan 1 blanko dan minimal 3 larutan kerja dengan kadar yang proposional dimana kadar terendah = LoQ metode (dalam hal ini 0,3 mg/L) dan kadar deret larutan kerja tertinggi sekitar 2 kali kadar sampel yang diuji. Dengan demikian, kadar sampel berada di tengah kurva kalibrasi. Jika Saudara gunakan 0,3 mg/L - 6 mg/L maka kadar sampel diperkirakan sekitar 3 mg/L. Makasih
Deleteass...pak mau tanya, pembuatan deret larutan kerja apakah harus sama dengan LOQ pengujian..misal pada fosfat rentang pengujian 0,01-1 mg/L apakah boleh menggunakan deret larutan kerja 0,2-1mg/L
ReplyDeleteApakah pengujian yg alatnya keluarannya langsung menunjukan nilai seperti uji pH dgn pH meter atau kekeruhan dgn turbidimeter perlu dilakukan juga pembuatan kurva kalibrasinya? Bagaimana penentuan konsentrasinya?
ReplyDelete