Thursday, 16 April 2015

Pembuatan Kurva Kalibrasi Awal (initial calibration curve)

Ditulis Oleh : cak war | Anwar Hadi
Pembuatan Kurva Kalibrasi Awal (initial calibration curve)

Dalam pembuatan kurva kalibrasi awal (initial calibration) digunakan seri larutan kerja yang berbeda konsentrasinya dan blanko sebagai kontrol. Semakin banyak deret konsentrasi larutan kerja yang digunakan untuk membuat kurva kalibrasi, maka secara statistika semakin baik persamaan regresi yang terbentuk. Namun demikian, semakin banyak deret konsentrasi larutan kerja, maka semakin menambah pekerjaan analis laboratorium.

Jumlah deret larutan kerja yang digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi awal harus disesuaikan dengan persyaratan metode pengujian atau yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat peralatan intrumen. Jika metode pengujian atau pabrik pembuat peralatan instrumen tidak mensyaratkan, maka jumlah deret larutan kerja harus mempertimbangkan efisiensi kerja analis laboratorium namun tetap memenuhi batas keberterimaan secara statistika. Berkenaan dengan hal tersebut, jumlah  deret larutan kerja yang digunakan adalah minimal 3 (tiga) konsentrasi yang berbeda secara proporsional dan satu blanko.

Pemilihan konsentrasi larutan kerja tertinggi yang digunakan berkisar 2 - 5 kali dari perkiraan konsentrasi analit dalam sampel yang diuji. Namun demikian, konsentrasi larutan kerja yang tertinggi harus tetap pada rentang daerah kerja metode pengujian. Sedangkan pemilihan konsentrasi larutan kerja terendah adalah sama dengan kadar MDL atau LoQ yang diperoleh secara eksperimental laboratorium. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi analit sampel yang uji diperkirakan berada pada tengah kurva kalibrasi yang dibuat sehingga meminimalkan kesalahan (error) yang terjadi.

Sebelum blanko dan deret konsentrasi larutan kerja diukur, maka instrumen yang digunakan harus dikalibrasi dan/atau telah dilakukan uji kinerja (performance check). Setelah itu, optimalkan dan operasikan instrumen sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. Ukur respon instrumen terhadap blanko dan larutan kerja dengan mempertimbangkan segala aspek teknis yang disyaratkan dalam metode pengujian. Buat kurva kalibrasi yang merupakan hubungan antara blanko dan konsentrasi larutan kerja dengan respon instrumen serta tentukan persamaan garis regresinya (y = a + bx). Jika koefisien korelasi regreasi linier (r) < 0,995 atau koefisien determinasi (R2) < 0,990, maka periksa kondisi alat serta ulangi pengukuran blanko dan deret konsentrasi larutan kerja hingga diperoleh nilai koefisien r ≥ 0,995 atau R2 ≥ 0,990.  

Intersep (a) dari persamaan regresi linear mengindikasikan adanya kesalahan sistematik dari intrumen yang digunakan atau adanya kontaminan yang berasal dari bahan kimia atau akuades. Karena itu, intersep dari persamaan regresi linear yang =diperoleh seharusnya ≤ MDL eksperimental atau MDL estimasi.

Bila persyaratan r ≥ 0,995 dan a ≤ MDL telah terpenuhi, maka hitung akurasi laboratory control standard (LCS) dengan cara mengukur larutan kerja independen untuk konsentrasi tengah kurva kalibrasi. Respon instrumen (misalnya, absorbansi) yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear sehingga didapat kadar larutan kerja berdasarkan pengukuran serta hitung akurasinya (%R) dengan persamaan sebagai berikut:
%RLCS yang diperoleh harus memenuhi batas keberterimaan, yaitu maksimal berada pada rentang 100% ± 10%.

Jika persamaan regresi linear dalam kurva kalibrasi yang terbentuk telah memenuhi batas keberterimaan secara statistika, maka ukur sampel uji yang ada. Respon instrumen baik berupa absorbansi, intensitas atau tinggi puncak yang diperoleh ditransformasikan secara matematika dengan menggunakan persamaan regresi linear kurva kalibrasi yang tersedia. Jika konsentrasi analit dalam sampel melebihi batas atas kurva kalibrasi, maka sampel harus diencerkan hingga konsentrasi analit dalam sampel berada pada daerah tengah kurva kalibrasi sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.

5 komentar:

  1. Pak mau tanya, jika kita menggunakan SNI untuk uji besi kisaran kadar Fe 0.3 sd 10 mg/l bolehkan kita membuat kurva kalibrasi dari rentang 0.3 sd 5 mg/l

    ReplyDelete
  2. Pak mau tanya, jika kita menggunakan SNI untuk Fe rentang kerjanya 0,3 sd 10 mg/l. Bolehkah kita membuat kurva standar dari 0,3 sd 6 mg/l

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pada dasarnya, kurva kalibrasi dibuat dengan 1 blanko dan minimal 3 larutan kerja dengan kadar yang proposional dimana kadar terendah = LoQ metode (dalam hal ini 0,3 mg/L) dan kadar deret larutan kerja tertinggi sekitar 2 kali kadar sampel yang diuji. Dengan demikian, kadar sampel berada di tengah kurva kalibrasi. Jika Saudara gunakan 0,3 mg/L - 6 mg/L maka kadar sampel diperkirakan sekitar 3 mg/L. Makasih

      Delete
  3. ass...pak mau tanya, pembuatan deret larutan kerja apakah harus sama dengan LOQ pengujian..misal pada fosfat rentang pengujian 0,01-1 mg/L apakah boleh menggunakan deret larutan kerja 0,2-1mg/L

    ReplyDelete
  4. Apakah pengujian yg alatnya keluarannya langsung menunjukan nilai seperti uji pH dgn pH meter atau kekeruhan dgn turbidimeter perlu dilakukan juga pembuatan kurva kalibrasinya? Bagaimana penentuan konsentrasinya?

    ReplyDelete

 
Copyright © . infolabling Anwar Hadi - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger